Feeds RSS

My Stories


Tak Pernah Terkatakan

Banyak hal yang membuatku bersemangat berangkat ke sekolah, pertama karena bertemu dengan teman-teman yang asyik, kedua karena di sekolah tempa taku belajar dan mendapat pengalaman hidup, dan ketiga karena dia.

Dia yang menjadikan hidupku lebih cerah dengan hanya melihat wajahnya,dia yang mampu membuat jantungku berdebar hebat hanya dengan mendengar suaranya, dia yang membuatku terpana hanya dengan melihat senyumnya. Dia yang membuatku terpaku hanya dengan melihat tawanya.

Hanya sebatas itu aku mengenal dia, hanya sebatas menatapnya dari tempat yang tak ia tahu, karena aku tak punya keberanian untuk mendekatinya ataupun mengenalnya lebih jauh. Aku tak tahu kapan perasaan ini datang dan tumbuh semakin dalam tiap harinya.

Yang kuingat hanyalah saat aku pertama kali bertemu dengannya di tempat parkir sekolah.
Hariitu hari Senin. Setiap hari Senin aku selalu berangkat pagi. Parkiran masih sepi. Hanya ada satu atau dua siswa. Aku segera memarkir motorku di tempat yang ternyaman, terlindung dari panas matahari dan hujan. Tak lama kemudian, dia datang. Dia memarkir motornya tepat disebelah motorku. Hal pertama yang menarik perhatianku adalah karena motor kita sama, hanya beda warna.

Lalu cowok itu membuka helmnya. Wajah rupawan nan menawan tersembunyi dibalik sana. Sejak saat itu, aku tak tahu kenapa tanpa sadar sering memperhatikan gerak-geriknya.
Sayangnya aku tak tahu apa-apa tentangnya. Kelasnya, namanya, hobbynya, dimana rumahnya. Aku tak tahu apa-apa.

Tapi semua informasi tentangnya mengalir dengan sendirinya.
Suatu pagi ketika akan berangkat sekolah, motorku berhenti di perempatan lampu merah. Aku merasakan jantungku bergetar tanpa sebab. Saat menoleh kulihat motor dia berhenti tepat disamping motorku. Aku terpana, memperhatikannya dengan seksama.

Dia sepertinya merasa ku perhatikan, dia juga menoleh kearahku.

DEG!! Jantungku makin berdebar tak karuan, tatapan matanya hangat dan memukau, aku mematung. Lampu menyala hijau, aku tetap diam. Bunyi klakson bersahutan dibelakangku tak kuhiraukan. Saat dia berlalu, aku mulai memacu gas motorku.

Satuhal yang kutahu dari pertemuanku dengannya tadi pagi. Rumahku searah dengan rumahnya. Terbukti kita melalui jalur yang sama.

Informasi lainnya mengalir dengan sendirinya. Aku tahu dari salah satu temanku, Pungky namanya Rahaditya, dia itu pintar, buktinya dia masuk kelas IPS unggulan. Keesokan harinya aku tahu kalau dia hobby main bola,dia tergabung dalam tim futsal yang berprestasi, keesokan harinya lagi aku tahu dia suka permen lollipop.

Semakin banyak aku tahu tentang dia, semakin besar pula keinginnanku untuk mengenalnya. Tapi aku merasa kesempatan itu tertutup rapat karena diadari kelas IPS dan aku dari kelas IPA, pastinya aku tak mungkin punya urusan yang menjadikanku dekat dengannya. Aku juga bukan tipe cewek agresif yang dengan mudah ngajak kenalan.

Sahabatku Pungky yang tahu perasaanku menyarankan.”Udah kenalan sana, masa beraninya cuma ngelihatin aja?”

Aku hanya tersenyum simpul.

“Aku udah dapat nomernya dia, sms sana !?” Pungky menyarankan lagi.

Aku berpikir. SMS adalah salah cara jitu untuk mengenal dia, tapi aku takpunya keberanian. Aku hanyalah tipe cewek pemalu yang lebih memilih memendam perasaan daripada mengutarakannya.

Maka aku putuskan hanya menjadi pengagum rahasianya saja. Aku menyukainya untuk kemudian aku lupakan jika saat itu tiba. Saat aku tak lagi bisa melihatnya, saat bayangannya  perlahan memudar dari ingatanku dan kutemukan tambatan hati yang baru, di saat itulah aku akan melupakannya.

Selama ini cintaku selalu berakhir seperti ini. Datang dan kemudian pergi tanpa kata-kata. Semua rasa yang kurasakan selalu tak pernah terkatakan apalagi terbalas.

Mungkin begini lebih baik. Hanya menjadi pengagum rahasianya.

Hari ini hari Senin lagi. Seperti biasa aku berangkat pagi, aku berangkat lima menit lebih awal dari jam biasanya. Karena jika hari Senin dia juga berangkat lima menit dari biasanya.

Setiap berhenti di perempatan aku memandang sekeliling, dia tak terlihat.Lampu menyala hijau, dia tak kunjung juga muncul. Setiap menit kulirik spionku, menantinya. Tapi sosoknya tak juga kelihatan.
Sesampainya di gerbang sekolah, kulirik spion sekali lagi. Terlihat sosok berjaket biru dan itu dia. Kelegaan menyelimutiku. Sesampainya ditempat parkir dia memarkir motornya tepat disebelahku.

Diam-diam kulirik dia. Dia membuka helm, aku juga membuka helm, dia melepas jaketnya, aku juga melepas jaketku. Dia keluar dari tempat parkir aku mengikutinya dibelakang.

Ketika bel istirahat berdering, aku dan teman-temanku menuju kantin. Ketika melewati mushola, kuarahkan pandanganku kearah sana. Terlihat dia duduk-duduk dan tertawa bersama teman-temannya, cukup melihat sosoknya dari kejauhan dan melihat tawanya menentramkan hatiku.

Bel pulang berdering. Cepat-cepat kulangkahkan kakiku ke tempat parkir.Parkiran ramai, terlihat dia duduk-duduk bersama teman-temannya menunggu sepinya tempat parkir.

Aku pulang terlebih dahulu. Sepanjang jalan kulirik spionku tiap menit. Motorku jalan dengan kecepatan 20 km/jam. Aku menunggunya sampai dia melewatiku. Dan tak lama kemudian dia menyalipku.
Hanya itu yang kulakukan tiap harinya dengan harapan suatu saat dia akan menyadari kehadiranku. Berharap dan terus berharap dia sadar bahwa selama ini ada seseorang yang memperhatikannya dan memujanya dalam diam.

Selama kurang lebih satu tahun mengaguminya dalam diam, hanya jalan buntu yang kutemukan. Aku tak pernah punya kesempatan mengenalnya apalagi dekat dengannya. Walaupun awalnya hanya ingin menjadi pengagum rahasianya, hanya menyukainya untuk kemudian dilupakan, suatu saat keinginan untuk memiliki itu pasti ada. Dan aku ingin menjadi seseorang yang berarti untuknya, tapi aku ini siapa?

Dan akhirnya hari ini tiba, pesta prom night yang diadakan untuk memperingati kelulusan. Setelah malam ini kita akan berjalan di jalur yang berbeda. Kita tak lagi berada di satu tempat.
Malam itu, dengan kemeja warna merah hati dia kelihatan lebih bersinar, dan berkharisma.
Ditengah keasyikan memperhatikan dia. Pungky membangunkan lamunanku.”Satu tahun mengaguminya hanya berakhir seperti ini?”

Aku terdiam.

“Katakan sekarang sebelum semuanya terlambat,” saran Pungky.

Aku tak bergerak.

Pungky menghela nafas lelah.” .”Satu tahun terbuang hanya untuk mengagumi seseorang yang akhirnya akan kamu lupakan? Aku takut kamu menyesal nantinya!!”

Aku angkat bicara.”Aku nggak akan pernah menyesal, karena dia aku tahu bagaimana rasanya mencintai !?”

Kuarahkan tatapanku ke dia. “Pandangilah dia untuk terakhir kali sebelum malam ini berakhir”

Dan akhirnya malam ini berakhir. Rasaku berakhir begitu saja tanpa kata-kata. Rasa ini tak pernah terkatakan. Dia tak kan pernah tahu dan tak kan pernah menyadari bahwa selama ini ada seseorang yang mengaguminya dalam diam. Tapi aku tak kan menyesal pernah mencintainya karena yang kutahu, mencintai berarti memberi dengan tulus tanpa meminta balas.

~End~