Argha tak pernah menyadari,
kapan rasa itu telah datang? Yang ia tahu hanyalah, rasa bahagia saat melihat
senyum manis Pungky, terbayang selalu hangat candanya, serta debaran hati yang
kian tak menentu kala dekat dengannya. Tersirat tanya mungkinkah ia untukku?
Kala
Argha merenung, bayangan tentang hari-hari yang sudah ia lalui bersama Pungky
kembali terbayang. Masa-masa bercanda bersama, bahkan mengenang hal-hal yang
sangat kecil sekalipun. Tak jarang Argha sering terlihat tersenyum sendiri
tanpa maksud yang jelas. Apakah ia telah jatuh cinta?
Dan di saat mata ini terpejam, bayangan gadis
yang selalu ia puja tak pernah sekalipun menghilang. Bayangan Pungky selalu
hadir menemani tidurnya di setiap malam, dan ketika mata ini terjaga,
kebahagiaan terasa. Dimana pun Argha dapat merasakan kehadiran Pungky. Benarkah
ia telah jatuh cinta?
Untuk saat ini, ia masih meragu untuk
mengatakan ia telah jatuh cinta. Mungkin ia membutuhkan sedikit waktu lagi
untuk memantapkan hati.
☺☺☺
Dengan langkah penuh semangat,
Argha memasuki gerbang sekolah. Intinya hanya satu. Ingin segera bertemu dengan
Pungky.
Di sela jam pelajaran, tanpa disadari
oleh Argha, matanya tak kunjung berhenti mengamati Pungky. Jika dilihat sekali
lagi, tiada keistimewaan tertentu yang menonjol dari Pungky. Dia tidak secantik
bidadari yang senantiasa memikat hati lelaki manapun. Ia tak lebih dari seorang
gadis biasa, namun dimata Argha, Pungky tetap istimewa. Keceriaan, tawa, serta
senyumnya itulah yang membuat Pungky terlihat istimewa di mata Argha.
Seperti adanya suatu firasat, Pungky
merasa ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Ia menengadahkan wajahnya,
didapatinya sepasang mata terbelalak, mata milik Argha. Terjadi adu pandang
sepersekian detik, sampai akhirnya Argha mengalihkan pandangannya.
Debaran itu kembali terasa di hati
Argha. Bodoh !!! Bodoh !!! kenapa bisa
sampai ketahuan? gerutunya dalam hati. Sedangkan di sudut sana , satu senyuman penuh arti tersungging
samar.
Insiden saling pandang saat jam pertama,
belum juga membuat Argha jera. Ia masih tetap saja memperhatikan Pungky, setiap
gerak-gerik Pungky selalu saja diamatinya. Hal itu membuat Ryan, teman sebangku
Argha curiga.
“Apa yang kamu lihat? Kamu tidak
memperhatikanku ya?” Ryan tampak marah, melihat Argha tidak menyimak saat dia
bercerita
Argha terkejut sesaat.” Ya…apa?”
“Kamu naksir pungky ya? Ku lihat kamu
sering sekali memperhatikannya,” tebak Ryan.
“Nggak…siapa bilang?” Argha mencoba menyangkal.
Ia tak ingin orang lain tahu, jika ketahuan, setidaknya jangan sekarang.
Namun Ryan sama sekali tak percaya
dengan penyangkalan Argha.”Kalau memang suka, kenapa tidak kamu katakan saja
perasaanmu, sebelum didahului orang lain. Ntar nyesel…” Ryan berucap.
“Apaan sih? Sok tahu !!!” Argha masih
tetap saja menyangkal
☺☺☺
Argha masih memikirkan
kata-kata Ryan. Setelah direnungkan ternyata ada benarnya juga. Sebelum Pungky
menjadi milik orang lain, mungkin lebih baik ia secepatnya mengungkapkan
perasaannya. Masalahnya ada perasaan takut, bingung, ragu, untuk mengungkapkan
rasa ini. Bagaimana nantinya jika cintanya bertepuk sebelah tangan? Atau
bagaimana nantinya jika ia ditolak? Serba sulit untuk menentukan satu pilihan.
Haruskah ia tetap diam atau segera menyatakan perasaannya
Jika ia memilih untuk tetap diam,
selamanya Pungky tak akan pernah tahu bagaimana perasaannya, tapi jika Argha
menyatakan perasaannya, ia takut adanya kata penolakan. Walaupun jauh di lubuk
hatinya ia ingin Pungky tercipta untuknya.
Karena tiada seorang pun yang memiliki
mata, seteduh mata milik Pungky, tiada seorang pun yang memiliki senyuman,
sehangat senyum Pungky. Ia seolah memberi cahaya di setiap langkah kehidupan
Argha. Sungguh ia menginginkan Pungky tercipta untuknya, untuk berada di
sampingnya dan menemaninya. Namun apa daya hati tak mampu mengungkapkan.
☺☺☺
Hari berganti hari, tiada
kemajuan. Argha tetap memuja dalam diam, tanpa ada kemauan untuk mengungkapkan.
Semakin lama, rasa di dalam dada semakin tak tertahankan lagi. Ingin sekali ia
mengungkapkannya. Akhirnya pertahanan Argha runtuh. Siang itu juga ia
memutuskan untuk mengatakannya kepada Pungky. Sekarang atau selamanya akan
terpendam?
Tak ia pedulikan lagi jika nantinya
ditolak. Yang terpenting sekarang, kemauan untuk mencoba. Semoga saja berhasil.
Akhirnya siang itu juga Argha dan Pungky
duduk berdampingan di salah satu bangku taman. Firasat Pungky mengatakan akan
ada sesuatu yang terjadi, dan benar sekali dugaannya. Ia baru saja mendengar
hal yang sama sekali di luar dugaan.
“Tadinya aku ragu apakah perasaan ini
nyata ataukah hanya sesaat. Lama aku merenungi, dan akhirnya ku tahu satu
jawaban. Kamu memang yang ku inginkan…,” Argha menggantung suaranya.
Dahi Pungky bertaut tak mengerti.”HAH…?”
tanyanya tak mengerti.
Argha menarik nafas panjang, mengatur
detak jantung yang semakin berdebar liar.“Ku ingin kau untukku, menemani
hari-hariku, dan aku ingin menjadi tempatmu bersandar. Kamu mau jadi
pa…car…ku…,” suara Argha sedikit tercekat, tak mampu mempertahankan kegugupan.
Jantung Pungky seakan berhenti berdetak,
tak tahu harus menjawab apa?
Akhirnya rasa itu terungkapkan. Dengan
perasaan penuh debar Argha menanti jawaban.
“Bagaimana?” tegas Argha.
Pungky menggigit bagian bawah bibir.
Masih tampak berpikir.”Apa aku boleh meminta sedikit waktu, aku masih ragu…,”
pinta Pungky memohon.
“Berapa hari?” Tanya Argha.
Pungky menunjukkan angka tiga dengan
jarinya, di iringi sebuah senyuman.
Dengan berat hati Argha menyetujui,
senyum Pungky itulah yang membuatnya lemah tak mampu menolak. Walaupun tiga
hari bukanlah waktu yang terlalu lama, namun untuk menunggu, tiga hari bagai
tiga abad lamanya.
☺☺☺
Akhirnya waktu tiga hari itu
berlalu, kinilah saatnya Pungky akan menjawab semuanya. Mereka kembali duduk
berdampingan di salah satu bangku taman.
“Bagaimana?” Argha menatap Pungky penuh
harap.
Pungky menghela nafas panjang.”
Sepertinya aku tak bisa menjadikanmu tempat sandaran….,” ujarnya lirih.
Tersirat kekecewaan di wajah
Argha.”Kenapa?” tanyanya meminta penjelasan.
“Karena kamu bukan kursi….” Jawab Pungky
diselingi tawa.
Arga tersenyum tipis.”Jadi….?”
Pungky mengangguk. Ia menerima. Akhirnya …kelegaan terasa.
Tiada kata untuk menggambarkan perasaan
yang kini dirasakan Argha, selain BAHAGIA.
Ternyata
dia bukan hanya inginku, tapi memang untukku, batin Argha berucap.
☺Tamat☺
This one was written by me for my friend's task.
1 komentar:
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar