Feeds RSS

Selasa, 28 Agustus 2012

Dilema


Sekali lagi Reihan menanyakan hal sama. Aku masih saja bimbang tak tahu harus berkata apa. Aku dan dia duduk berhadapan di taman belakang rumahku. Kupandangi langit, penuh bintang berpijar. Cahaya bintang berikan cahaya temaram, namun hatiku tetap saja tak mampu menemukan titik terang.
       “Apakah kamu masih belum bisa membuka hati?” tanya Reihan sekali lagi.
       Dan hatiku kembali meragu. Untuk yang kesekian kalinya, ia ungkapkan rasa itu, namun aku belum juga memberinya jawaban. Aku tak mampu menjawab antara menolak ataukah menerima cintanya.
       Aku tak ingin menerima karena hati ini masih meragu, dan aku tak pula ingin menolaknya karena jauh di dasar lubuk hatiku, aku meginginkannya. Namun aku juga tak mampu jika harus membuatnya menunggu. Butuh berapa banyak waktu lagi? Dan apakah Reihan akan masih tetap setia menungguku sampai kumantapkan hati.
       “Aku bukannya tak mampu membuka hati, hanya saja aku masih belum yakin akan perasaanku,” aku menjawab dengan hati sembilu.
       “Tak apa, aku masih akan tetap menunggumu, sampai kamu membuka hati untukku,” balas Reihan.
       Mendengar kata-kata itu, beban batinku semakin bertambah.aku merasa sangat bersalah pada Reihan. Begitukah ia inginkan aku?
       Semoga saja petunjuk itu secepatnya datang padaku.
Satu bulan kemudian Reihan kembali menemuiku, untuk menanyakan hal yang sama sekali lagi.
       Dan aku masih belum juga menemukan jawaban. Mengapa hati ini tetap saja meragu? Mengapa keyakinan itu tak kunjung juga datang. Apakah mungkin dia bukan yang terbaik untukku? Sehingga hatiku terus saja meragu? Aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Sungguh aku tak tahu.
       “Apakah kamu masih belum menemukan jawaban?” raut muka Reihan menyiratkah berjuta kecewa.
       Mataku tertunduk, tak sanggup menatap wajahnya. Tak ingin lagi ku katakan hal yang sama, namun apa daya. Aku tak mempunyai jawaban lain selain”belum”.
       “Belum,” aku tak berdaya mengucapkan kata lain selain kata “belum”.
       Terdengar Reihan menarik nafas lelah.
       “Aku akan bersedia menunggu sampai kapanpun kamu bersedia memberi jawaban. Yang ku inginkan hanya tahu, apakah kamu memiliki perasaan terhadapku?” tanya Reihan.”Jika kamu tak mau menjawab, setidaknya beri aku satu kepastian, untuk bekal menunggumu.”
       Mataku terbelalak seketika. Ku pejamkan mataku, meresapi dinginnya malam, mencoba mencari celah. Namun tetap saja tiada guna, tetap gelap tanpa cahaya.
       Dan tanpa kusadari, air mataku terasa menetes dikedua belah pipiku. Seolah bicara, itulah jawabannya. Hatiku menangis, selalu menangis meminta kepastian. Sejujurnya aku ingin Reihan selalu ada di sampingku, aku ingin dia menemaniku, dan mungkin aku tak sanggup jika harus berpisah dengannya. Tapi juga belum siap untuk menerima cintanya, aku serasa jadi dilema.
       Ingin memiliki namun meragu untuk menerima, dan di saat terbayang perpisahan aku juga tak sanggup melepaskan. Sungguh merupakan suatu dilema.
       Reihan tampak terkejut melihat reaksiku.”Kenapa menangis? Aku tidak memaksamu, aku kan hanya meminta jawaban. Jika masih tak ingin menjawab sekarang, aku masih bersedia menunggu,” Reihan menghibur.
       Kugelengkan kepalaku kuat-kuat.”Sejujurnya aku ingin kau menemaniku, berada disampingku, tapi ketika aku ingin mengatakan menerimamu, samar kudengar suara hatiku menolak, aku tak tahu mengapa. Dan kuharap kau masih mau menunggu.”
       Reihan tersenyum hangat. Senyumnya itu terasa mendamaikan jiwa, membuat air mataku tak terbendung.
       “Aku masih akan tetap menunggu, sampai kamu siap memberikan jawaban,” ujar Reihan menenangkan.
       Kelegaan kini kurasakan
Walaupun selama seminggu belakangan ini Reihan tak pernah absen menemuiku, aku merasakan ada keanehan yang ku tangkap dari sinar matanya. Dia tak seceria hari-hari sebelumnya. Hatiku khawatir, mungkinkan ia mulai letih menungguku?
       Rasa penasaran, membuatku untuk menanyakannya.
       “Apa kau ada masalah? Belakangan ini kulihat kau selalu merenung?” tanyaku.
       Reihan menggelengkan kepalanya.”Tidak-tidak ada.”
       Tersirat satu kebohongan, tapi aku tak lagi berkeinginan bertanya. Mungkin saja itu karena aku yang tak kunjung juga memberikan jawaban.
Namun ternyata dugaanku salah, Reihan merenung bukan karena tak kunjung mendapat jawaban dariku, tapi karena ada urusan lain. Ia akan pindah bersama keluarganya ke luar negeri, dan mungkin akan kembali dalam waktu yang sangat lama. Artinya ia juga tak akan sering menemuiku. Sebelum kepergiannya, Reihan kembali menemuiku.
       “Ini adalah pertanyaanku yang terakhir kali, setelah ini aku tak akan ada lagi disini, dan tak akan lagi menemanimu. Jadi kumohon jawablah sekarang.Aku tak ingin pergi dengan hati bimbang…”
       Amarah dan kesedihan, bercampur menjadi satu. Aku marah karena sebelumnya, Reihan tak pernah menceritakan ini, dan aku sedih karena harus berpisah dengan Reihan. Aku tak ingin menyakitinya dengan penolakan, aku menginginkannya namun tak mampu menerima. Aku benar-benar jadi dilemma. Ku takut akan merindu saat ku tidak di dekatnya. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah ku menerima cinta yang masih menjadi dilema?
       “Jika kamu menerimaku, orang tuaku mengijinkanku untuk tetap tinggal di sini, namun jika kau tidak juga memberikan jawaban, aku akan tetap menunggumu di tempat yang jauh sana….” Suara Reihan kembali terdengar.
       Mataku terpejam, seiring air mata mengalir.”Aku masih belum bisa memberi jawaban,” jawabku sama seperti jawaban-jawaban sebelumnya.
       Reihan tersenyum pahit.”Kalau begitu aku akan tetap menunggumu di tempat yang jauh sana, semoga jika ada waktu serta umur panjang, kita dapat bertemu. Dan di saat itu kamu siap memberikan jawaban.
       Dan inilah akhir cerita itu. Dia di sudut sana dan aku di sini. Tak pernah sekalipun ada kontak diantara kami. Masihkah ia menungguku dari tempat yang jauh disana?

TAMAT

 Written by: Muse

This story was written in order to fulfill the task from Indonesian Language subject when I was in Senior High School. I wrote this for my friend.                                                                                              

1 komentar:

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar