Feeds RSS

Selasa, 28 Agustus 2012

Sempurna



Seharusnya Adin merayakan kebahagiaannya. Ia baru saja mendapatkan pacar baru. Tapi entah apa yang terjadi, ia malah tak menyukai keadaan ini. Tadinya ia adalah seorang gadis biasa, sampai akhirnya Regha menjadi pacarnya, membuatnya dalam sekejap naik daun.
       Yang terkenal sebenarnya bukanlah Adin, melainkan Regha. Tak dapat disangkal Regha memang tipe lelaki idaman, segalanya ia punya. Kecakepan, kekayaan, ketenaran, tak heran jika Regha selalu dikelilingi banyak fans. Itulah yang membuat Adin tidak merasakan kenyamanan. Kemanapun ia berada seolah banyak mata menatapnya sadis, dengan pandangan iri, mencela, serta merendahkan.

       Awalnya Adin mencoba bersikap biasa, namun lama-kelamaan ia jera. Ia sangat merindukan hari dimana ia dapat dengan leluasa pergi kemanapun tanpa tatapan sadis itu. Kini kenyamanan itu tak lagi dirasakannya. Apakah karena ia tak pantas bersanding di sisi Regha?
       Sejak awal Adin menyadari, tak seharusnya ia mendapatkan cinta Regha, tak seharusnya ia bersanding di sisi Regha. Perbedaan di antara mereka terpaut terlalu jauh. Regha begitu mempesona, sedangkan Adin merasa tak lebih hanya seekor bebek buruk rupa. Atas dasar pemikiran itulah Adin memutuskan untuk meninggalkan semua, dan kembali pada kehidupan di masa lalu, sebelum ia pacaran dengan Regha, dan sebelum adanya tatapan sadis itu.
       Oleh sebab itulah, Adin harus segera mengakhiri semua ini.
¶¶¶
Sepulang sekolah, tanpa banyak membuang waktu lagi, Adin segera menuju kelas Regha untuk membicarakan hal yang mengganjal hatinya itu.
       “Wah…tumben sekali kamu datang, biasanya aku yang menjemput…,” sapa Regha penuh kehangatan kala dilihatnya sosok Adin.
       Adin memaksakan senyum.
       Gelagat kesedihan yang terpancar dari wajah Adin, membuat senyum Regha luntur.
       “Apa ada yang terjadi?” tanyanya khawatir.
       Adin menggeleng pelan.”Hanya ada satu hal yang aku inginkan.”
       “Sepertinya serius, kita bicara saja di kantin,” ajak Regha.
       Mereka duduk berhadapan di salah satu meja kantin.
       “Sekarang, ceritakan apa yang terjadi? Apa mereka mengganggumu lagi?” Tanya Regha penuh kekhawatiran, yang dimaksudkan dengan mereka adalah fans-fans Regha.
       “Itulah masalahnya. Mereka tidak pernah menggangguku, yang mengangguku justru karena aku ada di sampingmu…,” cerita Adin.
       Regha bingung tak mengerti mencerna kata-kata Adin.”Apa maksudnya? Aku masih belum mengerti, tolong diperjelas.”
       “Jika saja aku tidak berpacaran denganmu, apa mungkin aku akan menjadi seperti sekarang? Sejak kamu jadi pacarku, aku merasa tiada tempat aman lagi bagiku. Dimanapun aku dipandang rendah. Seolah semua dunia tertawa. Menertawakanku karena aku tak pantas bersanding disisimu,” ujar Adin mengungkapkan segala rasa yang lama terpendam. Ingin rasanya ia menangis, namun ia sadar disini bukan tempat yang cocok untuk menangis. Nanti saja di rumah.
       Regha tampak tercengang mendengar keluhan Adin.”Kenapa kamu bilang seperti itu? Apa ada yang salah? Salahkah jika aku ingin berpacaran denganmu? Apa hak mereka melarang?”
       “Kamu bisa saja bicara seperti itu, karena kamu tidak merasakannya. Aku lelah menahan semua tekanan ini, jadi kumohon kita sudahi saja sampai disini. Aku sadar aku bukan orang yang tepat. Kamu cari saja seseorang yang lebih sempurna, yang memiliki segalanya lebih dari aku, dan kumohon kamu menerima keputusanku,” tuntut Adin telak. Ia tak punya waktu lagi untuk mempertimbangkan. Ia sudah terlanjur lelah mengikuti permainan ini.
       Tanpa mendengar sepatah kata pun dari Regha, Adin pergi meninggalkan kantin, meninggalkan Regha yang masih bingung. Tiba-tiba saja Adin bicara seperti ini?
¶¶¶
Sejak saat itu, Adin dan Regha tak lagi saling bicara. Ketika Regha hendak menghampiri Adin, tapi Adin sepertinya menghindar. Bukan hanya sepertinya. Tapi memang menghindar. Akibatnya, Regha tak lagi punya kesempatan untuk bicara.
       Sampai suatu siang, takdir mempertemukan mereka di salah satu toko buku.
       “Hai….lagi cari buku apa?” suara yang tak lagi asing di dengar oleh Adin.
       Melihat Regha, tenggorokan Adin serasa tercekat tak mampu berkata-kata. Ia ingin sekali menghindar.
       Namun suara Regha lagi-lagi menghalanginya.”Kalau terus-terusan menghindar, itu pengecut namanya.”
       Adin menghentikan langkah, merasa tersindir. Dihampirinya Regha.
       “Baiklah kita perjelas semuanya sekarang,” pinta Adin.
       Regha tampak santai.”Kamu ingin berpisah kan? Tapi ku tak ingin berpisah, lalu bagaimana?”
       Adin tampak menahan amarah.”Sudah ku katakan banyak cewek di luar sana yang lebih sempurna dari pada aku, jadi kumohon cari saja yang lain. Apa susahnya? Dan aku tak pantas jika harus terus berada di sampingmu. Jelas? Jadi lebih baik kita berpisah.”
       “Walaupun banyak cewek di luar sana yang lebih sempurna daripada kamu, tapi bagiku, kamu tetap yang sempurna, dimataku kau tetap indah. Justru kesederhanaanmu, ketidak pura-puraanmu, yang membuatku tertarik. Aku tak peduli apa yang mereka katakan, dan aku tak sanggup jika harus berpisah denganmu.”
       Adin tercengang sesaat, benarkah apa yang dikatakan Regha? Jujur saja kata-kata itu sedikit meluluhkan hatinya. Sangat menyentuh.
       “Aku tak mampu mengucapkan apa-apa. Ku hanya ingin kamu tahu, perasaanku tulus adanya. Aku tidak menginginkan seseorang yang sempurna dimata orang lain, tapi aku menginginkan seseorang yang sempurna dimataku, dan orang itu kamu,” Regha melanjutkan kata-katanya.
       Tak mampu lagi Adin menyangkal, kini hatinya telah mencair. Setelah lama berpikir. Ternyata kata-kata Regha ada benarnya juga. Adin kan juga manusia yang berhak memilih siapapun yang akan menjadi pacarnya, entah itu artis, pangeran atau putra presiden sekalipun kenapa tidak?
       “Acuhkan saja mereka. Dan tanpamu aku sangat kesepian, tiada lagi seseorang yang memberiku semangat, membuatku bangkit, dan tiada lagi orang berbagi tawa apakah kamu masih mau meninggalkanku?” Regha semakin memelas.
       Adin menghampiri Regha. Senyumnya perlahan terkembang.
       “Aku juga tak ingin berpisah, tapi lama-kelamaan aku juga tidak tahan dengan segala tatapan-tatapan itu. Tapi mulai sekarang, akan ku coba untuk menerima. Mengacuhkan mereka dan tetap berada di sisimu,” senyum Adin terkembang.
       Kelegaan menyelimuti mendengar kata-kata Adin. Akhirnya Adin kembali ke sisinya.
       Bukan kesempurnaan yang Regha cari
       Namun seseorang yang sempurna di matanya
       Karena jika kesempurnaan yang dicari, ia tak akan pernah merasa cukup
       Karena di dunia tiada yang sempurna…

                                          TAMAT

By : Mustika ( XI-IA-1)

1 komentar:

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar