Feeds RSS

Selasa, 28 Agustus 2012

Serpihan Hati


                                 Y  Serpihan Hati   Y
                                           Y                                                     Y

                     

Aku menyadari memang akan seperti ini jadinya. Kuharus menunggu lagi dan lagi. Kadang rasa lelah ini memaksaku untuk berhenti menanti, menghapus segala mimpi dan anganku untuk memilikinya, namun ku tak mampu. Karena…ku sudah terlanjur terjebak dalam kisah yang sama sekali tak kuketahui bagaimana akhirnya nanti, dan memaksaku untuk tetap bertahan, menunggu waktu yang kan menjawab semuanya.

       Seperti hari ini. Ketika kumulai yakin dengan keputusanku untuk melupakannya, mengubur dalam rasa ini, namun lagi-lagi Reno datang padaku seolah memberi harapan. Membuatku lemah, akhirnya, ku urungkan niatku untuk melupakannya. Mungkin butuh sedikit waktu lagi untuk membuatnya menyadari perasaanku. Dan aku harus bersabar untuk menunggu waktu itu, waktu dimana ia akan menyadari perasaanku.
       Dia selalu menceritakan masalahnya kepadaku. Hampir tak ada rahasia diantara kami, kecuali perasaanku terhadapnya. Baginya aku ini teman baiknya. Walaupun aku hanya dianggapnya sebagai teman baik, namun itu sudah cukup bagiku. Setidaknya, walaupun aku tak mampu memilikinya, aku masih bisa berteman dengannya.
       “Aku baru saja bertengkar dengan Shella,” cerita Reno pada saat jam istirahat.”Aku bosan kalau dia begini terus, rasanya aku ingin sekali putus,” lanjutnya.
       Aku tertawa mendengar ceritanya, menutupi rasa kecewa. Sesungguhnya aku menelan pahit yang teramat pahit. Selalu saja Shella yang diceritakannya.
       “Kalian sekarang bertengkar, bilang bosan ingin putus. Tapi besoknya kalian baikan lagi. Lagu lama!!!” Jujur saja, lama kelamaan aku jengah mendengar cerita Reno tentang Shella lagi dan lagi. Ingin rasanya kuberlari, mengakhiri semuanya, namun entah mengapa ku tak mampu, dan aku terpaksa bertahan.
       Reno tampak kurang suka melihatku tertawa.”Kenapa tertawa? Senang ya melihatku seperti ini?” tuduhnya.
       Aku menghentikan tawaku. Dalam hati aku berteriak kencang. YA AKU SANGAT SENANG…!!
       “Berapa lama aku menjadi temanmu? Yang kamu ceritakan selalu saja Shella, lama-kelamaan aku bosan. Sudah kukatakan berapa kali, cowok itu harus pengertian. Harus banyak mengalah !!! yang sabar !!!” aku membela diri.
       “Kamu nggak pernah tahu…!!! Kurang pengertian bagaimana lagi?? Setiap keinginannya selalu saja kucoba penuhi, tapi dia tak pernah sedikitpun menghargai,” lanjut Reno.
       Itu karena kau sendiri juga tidak pernah menghargaiku. Tahukah kamu? Mendengar semua ceritamu membuat hatiku serasa tercabik. Jerit batinku.
       “Kalau menurutku, kamu hanya punya dua pilihan. Kamu pertahankan hubunganmu dengan Shella, atau kamu sudahi saja sampai disini. Sekarang terserah kamu !!!” aku mencoba memberi saran.
       Dahi Reno bertaut, tampak berpikir.”Menurutmu aku harus bagaimana?” tanyanya meminta pendapat.
       Inilah saat terberat yang kualami. Di satu sisi aku menginginkan hubungan Shella dan Reno segera berakhir, agar aku punya kesempatan. Di lain sisi aku ingin membiarkan Reno tetap menjalin hubungan dengan Shella, asalkan itu dapat membuatnya bahagia.
       Aku mengambil nafas berat, kupejamkan mata. Meminta maaf pada diriku sendiri untuk kepura-puraan ini.”Jika tak sanggup melepas ya jangan dilepas, tapi jika kau yakin ingin berpisah dengannya ya terserah. Semuanya terserah keputusanmu!!”
       Reno terdiam, berpikir keras, sedangkan aku kembali menelan kecewa. Sampai kapan aku harus seperti ini? Menjadi orang yang hanya dianggap sebagai teman. Aku ingin suatu saat Reno menyadari, setidaknya dapat membaca apa yang kurasakan terhadapnya, namun sepertinya Reno sama sekali tak mampu membaca.
       “Thank’s ya atas sarannya. Kamu memang temanku yang paling baik !!!” suara Reno membangunkan lamunanku. Kemudian ia berlalu, kembali ke kelasnya.
       Aku hanya mampu tersenyum getir mendengar kata teman baik, hanya teman baik !!! CATAT !! Seharusnya aku mengerti Reno tak akan pernah menyadari perasaanku ini. Baginya aku hanya teman baik. Kutekankan sekali lagi HANYA TEMAN BAIK !!
       Hanya datang padaku saat ku dibutuhkan dan pergi saat ku tak dibutuhkan. Selalu saja seperti itu.

 YY
Sore itu Reno kembali datang ke rumahku. Dapat dipastikan dia akan menceritakan tentang Shella lagi. Kapan sih Reno akan menceritakan hal lain selain cerita tentang Shella? Awalnya aku menyambut kedatangannya dengan perasaan kurang senang. Namun ketika ku menangkap kesedihan terpancar dari wajahnya, sikapku seketika berubah. Aku menduga mungkin saja Reno baru putus cinta dengan Shella?
       Seharusnya aku tertawa senang. Akhirnya kesempatanku perlahan terbuka. Mungkin aku terlalu jahat, tapi aku juga tak ingin membohongi diriku sendiri. Inilah yang selama ini aku harapkan, berakhirnya hubungan Reno dengan Shella. Namun entah mengapa, aku malah bersedih melihat kesedihan Reno. Serba salah !!!
       “Sudah berakhir,” cerita Reno dengan nada sedih.
       Aku terdiam. Ternyata benar dugaanku. Inginku tertawa senang, inginku berteriak merayakan kemenangan. Namun ternyata hatiku tak mampu berdusta, kuakui hati ini ikut menangis.
       “Kenapa kamu lepas jika tak ingin melepas?” ujarku lirih, ikut bersedih. Sungguh kali ini bukan merupakan kepura-puraan.
       Reno mencoba tersenyum, namun terasa aneh. Senyumnya tak semanis biasanya, sinar matanya tak seterang biasa, jelas sekali dia patah hati.
       “Tadinya aku ingin mempertahankan, tapi entah mengapa kami malah bertengkar hebat. Dan tanpa kusadari kata “putus” itu keluar begitu saja dari mulutku, dan akhirnya berakhir, padahal sesungguhnya aku masih…” Reno tak mampu lagi melanjutkan ceritanya.
       Dan aku pun tahu apa yang ingin dia katakan. Sesungguhnya ia masih menyayangi Shella, sesungguhnya perpisahan ini bukanlah akhir yang ia inginkan.
       Aku menepuk bahu Reno, sebagai seorang teman aku menghiburnya.”Tak usah sedih, kan masih ada aku yang selalu menemani he…he…he..,” hiburku dengan nada bercanda.
       Reno menengadahkan wajahnya, menatapku, lalu tersenyum. Jantungku serasa berhenti berdetak.
       “Bagaimana kalau malam minggu nanti kita nonton?” ajak Reno tiba-tiba.
       Dahiku berkerut tak percaya.”Dalam Rangka?”
       “Merayakan patah hati,” jawab Reno singkat.
       Tanpa berpikir dua kali aku mengiyakan.

YY
Tiada malam minggu yang lebih membahagiakan selain malam minggu ini.  Tak pernah terbayangkan sebelumnya aku akan pergi berdua dengan Reno, bayangkan !!! Dengan Reno !! Kupastikan aku tidak sedang bermimpi. Sekarang, mungkin aku hanya sebagai teman penghibur orang yang baru patah hati. Tapi nanti aku percaya, cepat atau lambat aku akan membuat Reno dapat membaca rasa ini. Akhirnya aku mulai menemukan titik terang menuju akhir penantian.
       Dengan perasaan bahagia yang teramat membara, aku menunggu kedatangan Reno di depan sebuah gedung bioskop. Kami janjian bertemu disana pukul 19.00. Aku melihat jam di tanganku, masih menunjukkan pukul 18.45. Rupanya aku terlalu bersemangat. Sembari menunggu Reno, terlebih dahulu aku membeli pop corn dan minuman, lalu duduk seorang diri di salah satu bangku panjang.
       Lima belas menit berlalu, namun Reno masih belum juga datang. Pop cornku tanpa terasa tinggal setengah. Lima belas menit berlalu lagi, Reno masih belum juga tampak batang hidungnya, dan aku baru saja membeli pop corn lagi. Panggilan untuk memasuki studio sudah terdengar, Reno masih tak terlihat. Adakah yang tahu kemana Reno?
       Menit-menit berlalu dan Reno masih belum juga datang. Akhirnya ku putuskan untuk menunggunya di dalam saja. Sayang, jika filmnya harus terlewat.
       Mataku menatap lurus ke arah layar lebar di hadapanku, namun pikiranku sepenuhnya terpusat pada Reno. Dalam gelap berkali-kali aku mengarahkan pandangan ke tempat duduk kosong di sebelahku. Tempat yang seharusnya ada Reno disana.
       Seiring biji demi biji pop corn memasuki mulutku, seiring tegukan minuman legakan dahagaku, namun hatiku tak juga terlegakan, hatiku tetap saja galau. Masih belum juga tercium tanda-tanda Reno akan datang . lagi dan lagi aku harus mengubur dalam segala harapanku. Reno tak akan pernah datang. Dan keyakinanku terbukti. HP ku berdering. Aku segera mengangkatnya ketika melihat nama Reno tertera pada layar.
       “Hallo,” suaraku berbisik menjawab telepon.
       “Hei…kamu menunggu lama ya? maaf, sepertinya aku tak bisa datang, mungkin lain kali. Aku sangat bahagia hari ini, dan aku tak ingin melewatkan hari bahagia ini. Besok aku akan cerita selengkapnya,” terdengar suara ceria Reno di seberang sana. Aku tahu sebentar lagi pasti aku akan mendengar cerita yang tak ingin ku dengar.
       “O…,” balasku singkat.
      “Intinya aku baru saja baikan dengan Shella !!! Udah dulu ya? Kita lanjutkan besok. Pulsa nipis !!!” Reno menutup telepon.
       Begitu mudahnya kah Reno mengucapkan kata “maaf”? Tak tahukan dia, betapa bahagianya aku saat dia mengajakku? Tak tahukah dia betapa bahagianya aku saat aku mulai menemukan cahaya harapan? Dan mengapa lagi-lagi harapan itu berujung pupus? Tidak untuk bersemi?
       Terkadang inginku meninggalkan semua, melupakan segalanya. Ku lelah selalu menjadi bayang tiada arti. Hati ini sudah terlanjur terlukai, dan aku selalu merasakan seorang diri, tiada teman yang ingin kuajak berbagi, tak seorang pun.
       Gerimis hujan mengiringi langkahku, seolah ikut menangisi kepedihan hatiku. Di tengah rintikan air hujan, kumerasakan dinginnya malam yang sungguh teramat dingin. Dada ini terasa sesak menahan luka. Dan aku pun menangis. Hati ini tak hanya terluka, tak hanya tercabik, tak hanya tertusuk, namun tercacah, sisakan serpihan.
       Dalam tangis, ku menertawakan diriku sendiri, hanya mampu memendam rasa, tanpa ada keberanian mengungkapkan. Dan ketika ku ingin mengubur dalam segala rasa, entah mengapa aku tak sanggup.

YY

Pagi itu, aku kembali bertemu dengan Reno. Walaupun sangat marah, aku mencoba untuk tidak menampakkan kemarahanku di depannya. Ku pasang topengku sekali lagi. Berpura-pura baik-baik saja dan bersedia mendengar segala ceritanya tentang Shella. Apa aku terlalu bodoh? Ataukah aku terlalu membodohi diriku sendiri dengan segala kepura-puraanku? Kalaupun memang aku membodohi diriku sendiri, aku rela, karena aku tak sanggup membayangkan, bagaimana nantinya jika rasa ini terkatakan? Mungkin aku dan Reno tak akan berteman baik seperti ini. Karena itulah aku memutuskan biarkan saja seperti ini.
       “Hei…,” sapa Reno dengan nada cerianya yang khas.
       Aku tersenyum.”Bagaimana ceritanya kalian baikan? Katanya mau cerita selengkapnya?” tuntutku.
       “Emmm…aku minta maaf sebelumnya, apa benar kemarin kamu tidak apa-apa?” tersirat suatu ketulusan dari nada bicaranya.
       “Memangnya kenapa?” aku balas bertanya.
       “Apa kamu tidak marah sama sekali? Aku kan sudah ingkar janji, seharusnya kamu berhak marah,” jawabnya.
       “Untuk apa aku marah? Tak penting !! Sekarang bagaimana cerita kamu baikan dengan Shella?” kualihkan pembicaraan ini, ku tak sanggup jika harus terus menutupi.
       Akhirnya cerita itu pun mengalir….
       Mungkin inilah takdirku, ku hanya mampu bersanding di sisi Reno sebagai seorang teman. Walaupun sekarang tak berarti, tapi ku percaya suatu hari nanti, aku dapat merebut hatinya. Perlahan aku akan membuatnya mengerti.
       Walaupun waktu yang kubutuhkan untuk menunggunya tak akan singkat, namun akan ku kuatkan hatiku untuk bersedia menunggu. Dan aku akan berhenti menanti jika hati ini sudah terlalu lelah, hingga tak sanggup lagi menunggu. Saat itu aku akan mengubur segalanya, melupakannya dan mencari cinta yang lain. Namun untuk saat ini, hati ini masih penuh dengan segala harap, masih penuh keyakinan cepat atau lambat cinta ini akan terbalaskan. Sekarang yang dapat kulakukan untuknya hanyalah mengikhlaskannya.
       Walaupun hatiku menangis, mungkin itulah harga yang harus kubayar untuk dapat melihat kebahagiaan Reno.

                      Semoga suatu hari nanti rasa ini terbalaskan…

Y Tamat Y
Y                     Y

By : 므세_시원 (Muse_XI-IA-1)

1 komentar:

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar