Feeds RSS

Minggu, 26 Agustus 2012

Sempu Island Adventure


Pulau Sempu adalah salah satu objek wisata yang memukau di daerah Malang. Lihat saja sekilas ganbar di samping. Langit biru memukau dengan air laut yang tenang dikelilingi pulau-pulau kecil. Yup, ini adalah segara anakan. Untuk mencpai tempat ini pun butuh perjuangan keras. Oleh sebab itulah objek wisata ini kita pilih untuk menghabiskan liburan akhir semester 4. Rencananya kita akan camping di segara anakan. Sesuai jadwal kita berangkat dari Malang kota menuju pantai Sendang Biru membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 jam. Berangkat jam 15:00 diperkirakan sampai sana jam 17:00. Menyeberang laut sendang biru ke pulau sempu selama 15 menit naik perahu. Lalu mulai menelusuri pulau sempu menuju segara anakan selama 3jam jika lancar. Karena musim hujan dan jalanan becek, paling tidak diperkirakan butuh waktu 5 jam. Sampai di segara anakan nanti kira-kira pukul 23.00. Lalu akan mendirikan tenda dan menginap sehari disana. Perlengkapan semua sudah dipersiapkan.

Akhirnya tibalah waktu berangkat sehari tepat setelah UAS berakhir. Kami berangkat jam 15:00 sesuai rencana. Sesampainya di Desa Gondanglegi kami mampir dulu di rumah teman untuk mengisi perut. Setelah kenyang, perjalanan pun berlanjut. Kendaraan favorit kita karena murah meriah dan daya angkutnya banyak, kita naik truk. Sesampainya di jalan berkelok-kelok, perut terasa mual. Nih kelihatan pada teler semua, hehehehe.

Sesampainya di Sendang Biru sudah maghrib. Sebenarnya penyebeberangan ke pulau sempu ditutup pukul 18.00. Tapi karena kita-kita ini mahasiswa bebal, kami menyewa perahu nelayan untuk mengantarkan kami ke pulau Sempu. Jadi ceritanya kami ini penyeberang ilegal. Pukul 19:00 kami tiba di Pulau Sempu dan mulai masuk menelusuri hutan belantara. Baru saja masuk pulau, kami sudah disambut dengan jalanan becek yang membuat sandal saya terperangkap lumpur dan tak bisa dipakai lagi. Akhirnya saya putuskan nyeker alias telanjang kaki. Entah musibah apa yang menimpa kami, lampu senter paling terang tiba-tiba saja mati. Semakin masuk ke dalam hutan, senter yang tersisa hanya tiga yang menyala. Malam gelap gulita, gerimis mulai turun, penerangan hanya dari tiga senter. Dingin menyambut. Semakin masuk ke tengah hutan, bunyi gaung ombak mulai terdengar, kami mengira segara anakan sudah dekat. Tapi salah, jalanan malah terasa sangat lama. Hujan deras mulai mengguyur dan hanya segelintir yang membawa jas hujan. Saya pun basah kuyup karena tidak membawa jas hujan. Serasa ingin pulang dan berharap hanya mimp berjalan menelusuri hutan belantara tengah malam begini, saat terbangun nanti sudah berada di kamar dan berselimut hangat. Tapi yah apa boleh buat, sudah sejauh ini tak mungkin nyerah.

Ketakutanku bertambah saat pemandu menyuruh berhenti sejenak, sudah menunjukkan jam 2 pagi tapi tak ada tanda-tanda akan sampai. Harusnya sudah sampai sejak jam 24:00 tadi sesuai jadwal. Rasanya tak mungkin jika jalan sampai sejauh ini. Tersesat? tidak mungkin karena lewat jalur manapun akhirnya akan sampai pada satu titik jalur utama. Kami mulai kelaparan. Akhirnya istirahat sambil makan lontong dan makroni. Meski tanpa makroni, lontong pun sudah terasa sangat sedap. Tak lupa kami terus membaca doa, karena menurut pemandu kami, kami hanya berputar-putar melintasi lintasan yang sama. Pada akhirnya akan sampai di pohon randu tempat kami beristirahat, Munkin ini adalah peringatan, jangan jadi wisatawan ilegal. Setelah merenung setengah jam kami melanjutkan perjalanan, langit sudah mulai terang. Pemandu bilang kita sudah tidak melewati pohon randu itu lagi, sebentar lagi setelah melewati jurang akan sampai.

Dan akhirnya, kita sampai subuh pagi. Langit sudah cerah. Acara camping gagal total, Tenda tidak jadi didirikan, kayu-kayu yang rencananya akan dipakai api unggu satu persatu berjatuhan di dalam hutan. Namun perjuangan terbayar dengan melihat jernihnya air segara anakan, tanpa pikir panjang .saya lagsung saja berenang sebentar, kemudian berjemur, eh tertidur saking capeknya habis jalan 12 jam. Kaki rasanya mau patah saja.

Ni muka saya kalo lagi tidur wkwkwk. meski kepanasan tak masalah. Sementara teman-teman yang lain pengennya bikin mi instan. Eh ternyata mi instannya dicuri monyet-monyet liar nakal yang berkeliaran.

Setelah bangun tidur saya berenang lagi. Air mulai hangat karena sinar mentari bersinar cerah.




Bergaya ala putri duyung terdampar. Puas berenang, ada satu area karang, jika menaikinya sebentar saja kita akan disuguhi dengan pemandangan Samudra Hindia yang berwarna biru pekat. Ombak besar berlomba-lomba mengikis batu karang. Birunya laut menunjukkan betapa dalamnya samudra itu. Jika beruntung akan terlihat pemandangan lumba-lumba sedang melompat-lompat di atas Samudra Hindia.


Puas bermain-main waktu menunjukkan pukul 08:00. Kami pun segera berkemas. Sayang sih setelah menempuh perjalanan 12 jam jalan kaki menelusuri hutan, setibanya disini hanya bermain-main selama tiga jam. Tapi tak masalah berkat kerja sama tim, kami sampai di tempat ini dengan selamat meski bersusah-susah dahulu. Tak ada kata penyesalan, yang ada hanya satu kalimat 'subhanallah', betapa eloknya alam ciptaan sang maha kuasa yang menciptakan laguna begitu sempurna dengan serangkaian keindahan alamnya.

Ini foto terakhir sebelum kita meninggalkan Segara Anakan. Sebentar lagi kita harus berjuang kembali menelusuri hutan belantara.

Ini dia hutan yang harus kami lalui. Ngomong-ngomong nih keanehan kembali terjadi. Senter yang paling terang kemarin tidak bisa dinyalakan padahal baterai penuh. Pagi harinya bim-salabim ternyata bisa nyala. Hmmm....


 Setibanya di penghujung pulau kami menunggu datangnya perahu, inilah keadaan kami. Kotor dan terkapar. Berkat hujan tadi malam, jalanan semakin becek dan licin, tak jarang saya terpereset dan jatuh bangun, ditambah lagi menelusuri hutan tanpa alas kaki, entah menginjak duri atau hewan apapun tak tahu, yang jelas telapak kaki terasa perih lecet-lecet, dan rasanya sulit menggerakkan anggota badan saking lelahnya. Meninggalkan segara anakan pukul 09:00, tiba disisni pukul 15:00, kebayang kan sudah berjalan berapa jam?


Perahu pun datang siap mengantarkan kami kembali ke pantai Sendang Biru. Kami pun pulang dengan membawa kesan sendri-sendiri. Meski kapok yang jelas momen adventure ini tidak untuk terakhir kali. Terima kasih ya Allah telah memberiku kesempatan menikmati keindahan alam memukau yang kau ciptakan.

The end

0 komentar:

Posting Komentar